Cari Blog Ini

Rabu, 27 Juli 2011

penyakit ternak ruminansia

PENYAKIT YANG DISEBABKAN OLEH BAKTERI/ KUMAN
ANTHRAX
Nama lain dari penyakit Anthrax adalah : radang limpa.
Anthrax merupakan penyakit menular yang akut/ perakut, dapat
menyerang semua jenis ternak berdarah panas bahkan manusia. Penyakit ini
dapat menyebabkan angka kematian tinggi.
1. Penyebab
Penyebab penyakit ini adalah Bacillus anthracis. Kuman Anthrax
dapat membentuk spora yang tahan hidup berpuluh-puluh tahun di tanah,
tahan terhadap kondisi lingkungan yang panas, dan bahan kimia atau
desinfektan. Oleh sebab itu, hewan yang mati karena menderita Anthrax
dilarang melakukan pembedahan pada bangkainya agar tidak membuka
peluang bagi organisme untuk membentuk spora. Penyakit ini tersebar di
seluruh dunia terutama daerah tropis.
2. Penularan
Infeksi pada hewan dapat berasal dari tanah yang tercemar
organisme/ kuman Anthrax. Kuman masuk tubuh hewan melalui luka,
terhirup bersama udara atau tertelan. Pada manusia infeksi biasanya
terjadi dengan perantaraan luka, dapat pula melalui pernafasan para
pekerja penyeleksi bulu domba atau melalui saluran pencernaan bagi orang
yang memakan daging hewan penderita Anthrax yang dimasak tidak
sempurna.
Tanda tanda penyakit
Tanda tanda penderita Anthrax adalah sebagai berikut:
a. Kematian mendadak dan adanya perdarahan di lubang-lubang kumlah
(lubang hidung, lubang anus, pori pori kulit).
b. Hewan mengalami kesulitan bernapas, demam tinggi, gemetar,
berjalan sempoyongan, kondisi lemah, ambruk dan kematian secara
cepat.
c. Pada babi dan kuda gejalanya biasanya kronis dan menyebabkan
kebengkakan pada tenggorokan.
d. Pada manusia dapat terjadi tukak/ luka pada kulit dan kematian
mendadak.
BRUCELLOSIS
Nama lain : Penyakit Keluron Menular, Penyakit Bang, Demam Malta.
Brucellosis merupakan penyakit menular yang menyerang beberapa jenis
hewan terutama sapi serta dapat juga menyerang manusia. Penyakit ini dapat
mengakibatkan kerugian ekonomi yang sangat besar akibat terjadinya
keguguran (keluron). Pada sapi, keluron biasanya terjadi pada kebuntingan
berumur 7 bulan. Anak yang dilahirkan lemah kemudian mati. Dapat terjadi
gangguan alat alat reproduksi, sehingga hewan menjadi mandul (majir)
temporer atau permanen. Pada sapi perah produksi air susunya menurun.
 Penyebab
Penyebab penyakit ini adalah
bakteri/ kuman Brucella.
Beberapa spesies yang sering
menimbulkan masalah bagi ternak
ruminansia adalah Brucella
melitensis yang menyerang
kambing dan Brucella abortus
yang menyerang sapi.
2. Penularan
Infeksi terjadi melalui saluran
makanan, saluran kelamin, selaput
lendir atau kulit yang luka.
Penularan juga dapat melalui
inseminasi buatan (IB) akibat
penggunaan semen yang tercemar
oleh kuman Brucella. Brucella
melitensis dapat menginfeksi sapi
sewaktu digembalakan pada padang penggembalaan bersama sama dengan
domba/ kambing yang terinfeksi

 SEPTICHAEMIA EPIZOOTICA ( SE )
Nama lain : Penyakit Ngorok, Septicemia Hemorrhagica, Hemorrhagic
Septicemia, Barbone.
Penyakit SE merupakan penyakit menular terutama menyerang sapi dan
kerbau. Penyakit biasanya berjalan akut. Angka kematian tinggi terutama pada
penderita yang telah memperlihatkan penyakit dengan jelas.
 Penyebab
Penyakit SE disebabkan oleh kuman Pasteurella multocida.
2. Penularan
Infeksi berlangsung melalui saluran pencernaan dan pernapasan. Cekaman
pada ternak merupakan predisposisi untuk terjangkitnya penyakit. Sapi atau
kerbau yang terlalu bayak dipekerjakan, pemberian pakan yang berkualitas
rendah, kandang yang penuh dan berdesakan, kondisi pengangkutan yang
melelahkan, kedinginan dan keadaan anemia dapat memicu terjadinya
infeksi

 PENYAKIT YANG DISEBABKAN OLEH VIRUS
PENYAKIT INGUSAN (MALIGNANT CATRRAHAL FEVER = MCF )
Nama lain: Bovine Malignant Catarrhal, Coryza Gangraenosa Bovum,
Penyakit Makan Tanah.
Penyakit ingusan merupakan penyakit menular yang bersifat akut dan fatal
pada sapi dan kerbau. Gejala yang sangat menyolok adalah keluarnya ingus
yang hebat dari hidung disertai demam yang tinggi, radang mukopurelen pada
selaput epitel pernapasan maupun selaput mata dan encephalitis. Penyakit ini
tersebar luas diberbagai negara di dunia.
Di Indonesia, kejadian yang terbanyak adalah pada sapi Bali dan kerbau.
Penyakit ingusan ini dapat menyerang ternak segala umur, namun kebanyakan
yang terserang berumur 4 – 6 tahun. Jenis kelamin dan musim tidak
mempengaruhi kejadian penyakit. Angka kematian akibat penyakit ingusan
sangat tinggi ( 95 % )
1. Penyebab
Agen penyebab penyakit ini digolongkan menjadi dua macam, yaitu;
a. ACV-1 adalah herpes virus, merupakan anggota dari sub famili
Gamma herpesviridae, famili herpesviridae.
b. SAA adalah agen yang belum diketahui secara jelas klasifikasinya
dan diperkirakan ditularkan oleh domba.
2. Penularan
Domba diduga sebagai carier atau pembawa penyakit, walaupun ternak
-ternak tersebut tidak menunjukkan tanda-tanda sakit. Kejadian penyakit
ini lebih tinggi pada daerah peternakan campuran antara sapi/ kerbau
dengan domba, atau pada daerah padang penggembalaan dimana sapi,
kerbau dan domba digembalakan secara bersamaan. Cara penularan virus
masih belum diketahui dengan jelas, namun pada sapi telah direkam
beberapa kasus infeksi transplasental ( melalui plasenta ).

 PENYAKIT MULUT DAN KUKU (PMK)
Nama lain: Apthae Epizootica (AE), Foot and Mouth Diseases (FMD)
Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) adalah suatu penyakit yang sangat
menular pada hewan berkuku belah. Angka mortalitas (kematian) akibat
serangan penyakit ini rendah, namun kerugian yang timbul akibat serangan
penyakit sangat besar karena terjadi penurunan berat badan, penurunan
produksi susu, kehilangan tenaga kerja, hambatan pertumbuhan dan hambatan
lalu lintas ternak.
1. Penyebab
Penyakit ini disebabkan oleh virus dan digolongkan ke dalam jenis entero
virus dari keluarga Picornaviridae. Virus ini dibagi menjadi 7 tipe yang
berbeda, yaitu: O, A, C, SAT 1, SAT 2, SAT 3 dan Asi 1. Virus ini labil
terhadap asam dan basa serta sensitif terhadap panas.
2. Penularan
Penularan virus PMK dapat terjadi secara langsung ataupun tidak
langsung. Secara langsung yaitu melalui kontak dengan penderita, sekresi,ekskresi atau hasil hasil ternak seperti air susu, semen/ sperma yang
dibekukan dan daging. Penularan secara tidak langsung yaitu melalui
bahan bahan ( makanan, minuman dan peralatan kandang) yang tercemar
virus. Selain itu penularan dapat melalui udara. Udara yang terinfeksi
dapat tahan sampai beberapa jam di dalam kondisi yang cocok, terutama
bila kelembaban lebih dari 70 % dan dalam suhu rendah. Udara yang
tercemar virus dapat terbawa angin sampai sejauh 250 Km.
Petugas teknis atau paramedis harus berhati-hati agar tidak menyebarkan
penyakit seusai menangani kasus. Setelah hewan sembuh virus PMK
dapat tetap tinggal di kerongkongan selama 2 tahun.

 BOVINE EPHERAL FEVER (BEF)
Nama lain : Bovine epizooric fever, Demam Tiga Hari, Penyakit kaku.
BEF hanya menyerang sapi dan kerbau dan tidak dapat menulari dan
menimbulkan penyakit pada hewan lain. Sapi/ kerbau yang terserang
penyakit ini akan sembuh kembali beberapa hari kemudian (2 – 3 hari).
Angka kematian sangat kecil sekali tidak sampai 1 % tetapi angka kesakitan
tinggi. Dari segi produksi dan tenaga kerja cukup berarti karena hewan yag
sedang berlaktasi turun produksi sususnya dan hewan pekerja tidak mampu
bekerja selama 3 –5 hari.
1. Penyebab.
Penyebab penyakit ini adalah virus dari genus yang tidak ada namanya,
tetapi termasuk dalam keluarga Rhabdoviridae dari virus RNA.
2. Penularan.
Demam Tiga Hari disebarkan oleh Cullicoides sp. (serangga pengisap
darah) dan nyamuk. Cullicoides yang terinfeksi dapat menyebarkan
penyakit mencapai jarak 2.000 Km. Ada dugaan penyebaran dapat pula
terjadi melalui angin.

 PENYAKIT YANG DISEBABKAN OLEH PARASIT
A. PARASIT DARAH
TRYPANOSOMIASIS
Nama lain : Surra, Penyakit Mubeng.
Penyakit ini merupakan penyakit parasiter yang bersifat akut ataupun
kronis. Kerugian yang ditimbulkan oleh penyakit ini adalah berupa penurunanberat badan, gangguan pertumbuhan, penurunan produksi susu, penurunan
tenaga kerja dan berkahir dengan kematian.
1. Penyebab
Penyakit ini disebabkan oleh protozoa Trypanosoma evansi. Parasit ini
hidup dalam darah induk semang dan memperoleh glukosa, sehingga dapat
menurunan kadar glukosa darah induk semangnya.
2. Penularan
Penularan terjadi secara mekanis dengan perantaraan lalat pengisap darah
genus Tabanidae. Lalat jenis lain seperti Stomoxys, Lyperosia, Chrysops
dan Hematobia serta jenis Arthropoda lain seperti kutu, pinjal dan lain
lain dapat bertindak sebagai vektor. Penyakit ini biasanya terjadi secara
sporadis di daerah endemi, namun dapat juga mewabah yang menimbulkan
banyak korban kematian dan kerugian karena pengobatan dan perawatan.
Apabila kondisi tubuh menurun atau tedapat cekaman misalnya stres,
kurang pakan, kelelahan, kedinginan dan sebagainya merupakan pemicu
terjadinya penyakit.

 PARASIT CACING
FASCIOLASIS
Nama lain : Distomatosis, Cacing Hati
Penyakit cacing ini bersifat kronis pada sapi/ kerbau dan bersifat akut
pada kambing dan domba. Cacing ini berada dalam saluran empedu atau
usus yang menyebabkan kerusakan hati. Kerbau yang memiliki kebiasaan
berendam dalam kubangan berpeluang besar untuk terkena infeksi cacing
ini.
Kerugian yang ditimbulkan akibat penyakit adalah: kerusakan hati
yang akan menyebabkan kematian, penurunan berat badan, pertumbuhanterganggu, penurunan tenaga kerja dan penurunan daya tahan tubuh
sehingga mudah terserang oleh penyakit lain.
1. Penyebab
Penyakit disebabkan oleh cacing Fasciola gigantica dan Fasciola
hepatica, yang hidup di dalam saluran empedu. Bentuknya seperti daun
sehingga disebut juga cacing daun
2. Penularan
Cara penularan Fasciola melalui induk semang perantara yaitu siput
genus Limnea. Cacing bertelur dalam saluran empedu ternak dan dibawa
oleh cairan empedu masuk kedalam usus yang kemudian akan keluar
bersama tinja. Bila cuaca cocok, maka telur akan memetas dan
mengasilkan larva stadium pertama atau mirasidium dalam waktu 9 hari.
Mirasidium berenang di air dengan menggunakan silia yang menutupi
tubuhnya. Bila bertemu dengan siput genus Limnea, mirasidium
menembus jaringan siput membentuk sporosis. Pada stadium lebih lanjut,
setiap sporosis akan terbentuk menjadi 5 – 8 buah redia yang selanjurnya
akan membentuk serkaria dan kemudian diikuti oleh stadium akhir
metaserkaria yang infektif.
Ternak (sapi, kerbau, kambing dan domba) akan terinfeksi oleh
penyakit ini apabila makan rumput yang mengandung metaserkaria.
Setelah metaserkaria termakan oleh ternak, akan menembus dinding usus
dan tinggal dalam hati yang akan berkembang selama 5 – 6 minggu.
Dalam tahap akhir larva cacing akan memasuki saluran empedu untuk
tumbuh menjadi dewasa.

 NEMATODOSIS ALAT PENCERNAAN.
Nematodosis adalah penyakit yang timbul akibat adanya investasi oleh
cacing gilik atau Nematoda. Cacing ini berada dalam alat percernaan
(gastrointestinal) dan merampas sari makanan yang dibutuhkan oleh induk
semang (hospes), menghisap darah dan cairan tubuh, serta memakan jaringan
tubuh. Disamping itu berbagai reaksi tubuh dapat pula timbul akibat toksin (
racun) yang dihasilkan oleh cacing ini.
Gangguan gangguan yang timbul akibat investasi cacing Nematoda
umumnya tidak menyebabkan kematian, namun ternak menjadi kurus,
pertumbuhannya terhambat, dan kondisi tubuhnya terganggu sehingga
memudahkan timbulnya penyakit lain.
1. Penyebab
Sampai saat ini telah diketahui meliputi kurang lebih 50 jenis, namun
beberapa jenis saja yang mempunyai arti ekonomi yang penting antara lain:
. Cacing gelang
. Ascaris vitulorum (Neoascaris vitulorum, Toxocara vitulorum),
cacing ini hidup didalam usus halus. Infeksi karena cacing ini
sering terjadi menjelang kelahiran pedet. Infeksi yang terjadi pada
pedet sangat serius, sedangkan untuk sapi yang tua lebih tahan
terhadap infeksi.
. Cacing bungkul
. Oesophagostomum spp.
Larva cacing ini membentuk bungkul di usus halus dan usus besar,
tetapi bentuk dewasa hanya terdapat diusus besar.
. Cacing kait.
. Bunostomum spp.
. Agriostomum spp.
Cacing kait ini menyerang usus halus sapi, domba dan kambing.
Pada sapi disebabkan oleh B. phblebotomum.
. Cacing lambung
. Haemonchus spp.
 . Micistocirrus spp.
Yang paling dikenal adalah Haemonchus contortus, menyerang
sapi, kambing dan domba. Cacing ini dijumpai di abomasum.
Oleh karena itu sering disebut sebagai cacing lambung.
. Cacing rambut
. Trichostrongylus spp.
. Cooperia spp.
. Ostertagia spp.
. Nematodirus spp.
Cacing ini dijumpai di usus halus, kecuali Trichostronylus axei
dijumpai di lambung.
3. Penularan
Pada umumnya penularan melalui makanan atau minuman yang
tercemar oleh telur atau larva cacing yang infektif. Ada juga penularan
melalui penembusan kulit oleh larva (misalnya: Bunostomum sp.)
 Cacing kait
. Cacing ini menempel pada dinding usus sangat kuat dengan gigi gigi
yang tajam serta memakan jaringan serta mengisap darah sehingga
timbul anemia.
. Nafsu makan turun, kurus, kulit kasar dan bulu kusam.
. Kadang kadang ditemukan busung di bawah rahang (bottle jaw).
. Diare berwarna coklat tua dan tinjanya lunak.
. Cacing lambung
. Karena cacing ini berlokasi di
lambung, maka gejala gejala
diare jarang terjadi.
. Busung di bawah rahang bawah
(bottle jaw).
. Cacing rambut
. Kurus.
. Diare berwarna hijau kehitaman.

 THELAZIA ( CACING MATA )
Penyakit Thelazia adalah penyakit cacing mata yang menyerang ternak
(sapi, kerbau, kuda, kambing dan domba). Penyakit Thelazia dapat dijumpai
sepanjang tahun, tetapi kasus penyakit ini terbanyak dijumpai pada musim
hujan, khususnya pada awal musim hujan, dimana lalat rumah jumlahnya
melipat.
Kerugian akibat penyakit cacing mata antara lain: adanya gangguan
pertumbuhan badan, penurunan berat badan dan yang lebih fatal adalah
kebutaan yang akhirnya bisa berakibat kematian pada ternak.
1. Penyebab.
Penyebab penyakit cacing mata ini adalah: sejenis cacing Spirurida
dari golongan Thelazia yaitu: Thelazia bulusa, Thelazia lacrimalis dan
Thelazia alfortensis yang terdapat dipermukaan conjunctiva mata.
 Penularan
Penyakit ini ditularkan dengan perantaran lalat rumah (Musca
domestica) melalui kaki kaki lalat tersebut yang mengenai air mata ternak
yang menderita penyakit, kemudian ditularkan kepada ternak lainnya pada
saat lalat hinggap didekat mata

 TUNGAU
SCABIES
Nama lain: Budug, Mange, Demodecosis, Kudis menular.
Penyakit Scabies adalah penyakit pada ternak yang dikenal oleh
masyarakat petani peternak disebut Kudis. Penyakit Scabies bersifat
zoonosa, artinya dapat menular kepada manusia.
Ternak yang terserang penyakit ini akan mengalami penurunan kondisi
terutama berat badan, penurunan kualitas daging/ karkas, kerusakan dan
penurunan nilai kulit.
1. Penyebab
Penyakit ini disebabkan oleh sejenis tungau, pada sapi disebabkan oleh
Chorioptes bovis, sedang pada kambing disebabkan oleh Psoroptes ovis.

 PENYAKIT AKIBAT GANGGUAN METABOLISME
BLOAT
Nama lain: Kembung perut, Timpani ruminal, Tympanitis, Hoven,
Meteorism
Bloat/ kembung perut merupakan bentuk penyakit/ kelainan alat
pencernaan yang bersifat akut, yang disertai penimbunan gas di dalam
lambung ternak ruminansia. Penyakit kembung perut pada sapi lebih banyak
terjadi pada sapi perah dibandingkan dengan sapi pedaging atau sapi pekerja.
1. Penyebab
Bloat/ kembung perut dapat disebabkan oleh 2 faktor yaitu:
a. Faktor makanan/ pakan:
• Pemberian hijauan Leguminosa yang berlebihan.
• Tanaman/ hijauan yang terlalu muda.
• Biji bijian yang digiling sampai halus.
• Imbangan antara pakan hijauan dan konsentrat yang tidak
seimbang (konsentrat lebih banyak).
• Hijauan yang terlalu banyak dipupuk dengan Urea.
• Hijauan yang dipanen sebelum berbunga (terlalu muda) atau
sesudah turunnya hujan terutama pada daerah yang sebelumnya
kekurangan air.
• Makanan yang rusak/ busuk/ berjamur.
• Rumput/ hijauan yang terkena embun atau terkena air hujan.
b. Faktor ternak itu sendiri
.. Faktor keturunan.
.. Tingkat kepekaan dari masing masing ternak.
.. Ternak bunting yang kondisinya menurun.
.. Ternak yang sedang sakit atau dalam proses penyembuhan.
.. Ternak yang kurang darah (anemia).
.. Kelemahan tubuh secara umum.
2. Penularan
Penyakit ini tidak menular.